Sabtu, 10 Januari 2009

Bahasa Televisi??Gimana ya??Lihat yuk..


Kalau kita melihat dari sudut pandang gaya bahasa dalam media massa mana yang baik dan benar, media cetak ataukah elektronik, media cetaklah yang mempunyai andil besar dalam penulisan gaya bahasa yang baik. Mengapa demikian?
Salah satu contoh media elektronik adalah televisi. Televisi merupakan media audio-visual atau media pandang-dengar. Pemirsa memandang gambar dan mendengar narasi. Penyiar atau presenter atau reporter membacakan naskah atau narasi berita untuk pemirsa. Bahasa yang digunakan dalam berita televisi, biasanya menggunakan percakapan sehari-hari atau kalimat tutur. Tujuan penggunaan bahasa bertutur adalah untuk membedakannya dengan bahasa jurnalistik media cetak yang cenderung formal.
Gaya bahasa media elektronik lebih disesuaikan dengan sasaran audience-nya. Sebagai contoh pada acara Cerita Anak (TransTV), acara tersebut menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti anak-anak, misalnya ”Selamat sore adik-adik? Kembali lagi bersama Kak Ainun di sini. Kakak akan menemani adik-adik selama 30 menit ke depan.” Sebaliknya pada acara Reportase (TransTV), bahasa yang digunakan lebih berbobot.
Bahasa pada televisi juga sering kali mengadopsi dari kalimat Bahasa Inggris, misalakan saja Headline News (Metro TV), Todays Dialogue (Metro TV), Breaking News (RCTI). Mengapa mereka tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar? Bisa saja kalimat tersebut dapat diganti dengan Dialog Hari Ini tau apa saja asalkan menggunakan Bahasa Indonesia. Para pihak stasiun televisi berfikir dengan menggunakan istilah bahasa asing memudahkan pemirsanya untuk mengingat acara tersebut.
Media cetak dan elektronik mempunyai perbedaan dalam hal pemahaman berita yang disampaikan untuk pembaca atau audience-nya. Pada media cetak kita dapat mengulang kembali dalam membaca berita yang ada, tapi tidak begitu pada media elektronik. Pada media elektronik, kita harus lebih memperhatikan suatu tayangan berita karena berita yang ada tidak mungkin untuk diulang kembali.
“Bahasa jurnalistik televisi cenderung menggunakan bahasa yang ringan, mudah dimengerti, sederhana, prisip ekonomi kata, kalimat yang obyektif, kalimat aktif. Sedangkan pada bahasa jurnalistik media cetak, lebih formal, rinci dan jelas.”
Pada program berita, para wartawan televisi memang diharuskan menggunakan Bahasa Indonesia yang baku. Itu artinya, berita televisi sudah seharusnya menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Akan tetapi, upaya penggunaan bahasa Indonesia yang baku dalam berita televisi belum sepenuhnya dapat terlaksana. Itu semua akan terlaksana bila ada kesadaran dari pihak televisi itu untuk memberikan perbekalan bagi para wartawannya karena tidak semua stasiun televisi memberikan perbekalan pada wartawan mereka.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Waaa... konten blog kamu oke lho...

ini udah sy link dari sana, boleh yah... ntar sy baca satu-satu ya... makasih, salut buat kamu yang udah numpahin idea gagasanmu ini... itu baru anak FIKOM kan?

Salam

ainun noor fitri mengatakan...

iya pakk,,
tapi blog saya gak se-eksis blog bapak,,
blog saya masih butuh banyak tulisan lagi,,
hhe,,,

Anonim mengatakan...

ya tulis lagi donk... ditunggu ni...

danivn

M.rezza gunawan mengatakan...

wah artikelnya menarik banget nih, sangat informatif. kalo pendapat gua sih mungkin setiap media bisa aja jadi medium pembelajaran gaya bahasa yang baik dan benar. semua tergantung tergetnya juga kali ya.. soalnya ga semua media cetak itu punya gaya bahasa yang oke punya.. lampu merah, pos kota dan masih banyak lagi.. kadang bahasanya nyentil banget deh hahaha.. :D